Kamis, 05 Juli 2018

Grusak-Grusuk Menuju Jogja

Cerita ini merupakan pengalaman traveling pertama dengan teman-temanku.
Saat itu adalah hari tenang bagiku, karena aku baru saja resign dari tempat kerja dan juga masih menunggu waktu untuk masuk kuliah perdana.
Sembari menunggu waktu masuk kuliah, aku dan teman-temanku merencanakan sebuah liburan singkat ke kota yang kami juluki sebagai "Kota Romantis"- Jogjakarta.

Malam keberangkatan tiba, kami janjian di pintu masuk boarding pass kereta api jarak jauh, Stasiun Pasar Senen. Kami memilih KA Progo karena harganya yang cukup murah. Kalau tidak salah saat itu (2013) harganya masih 70 ribu atau 80 ribu. Karena tanggal yang kami pilih adalah akhir pekan, maka suasana di stasiun sangat ramai sekali. Aku dan beberapa teman yang sudah datang mencari lapak untuk menunggu teman-teman lain yang belum datang. Kami bahagia karena bisa liburan murah ala-ala backpaker.

Kemudian tidak berapa lama petugas menginformasikan bahwa penumpang KA Progo sudah bisa melakukan boarding pass. Iya, kereta kami sudah menunggu di peron. Namun salah satu teman kami tak kunjung terlihat. Kami coba untuk menghubungi ponselnya, namun tidak ada jawaban. Sampai akhirnya 5 menit lagi kereta akan berangkat, mau tidak mau kami melakukan boarding pass dengan terburu-buru. Salah satu temanku masih mencoba untuk menghubungi dan menunggu di luar bording pass area.

Sungguh kami dibuat kesal dengan kejadian seperti itu. Karena ini pengalaman traveling perdana bagi kami yang seharusnya bisa berjalan dengan indah dari awal keberangkatan sampai dengan kembali ke Jakarta.

Tak berapa lama, mungkin sekitar 2 menit lagi KA Progo berangkat, teman kami datang juga. Bergegaslah mereka berdua melakukan boarding pass dan naik ke dalam gerbong kereta. Tak lagi peduli harus naik di gerbong berapa, yang terpenting di pikiran mereka, mereka bisa naik ke dalam gerbong kereta dulu itu sudah cukup. Setelah di atas gerbong kereta, baru lah mereka mencari gerbong dan nomor bangku sesuai yang tertera di tiket kereta.

Awalnya memang tidak menyenangkan, tetapi kami coba menikmati setiap momen baik dan buruk. Kami bercengkrama, bercanda dan tertawa sepanjang perjalanan malam itu. Setelah merasa lelah dan mengantuk, kami tidur sejenak. Sampai keesokan paginya kami membuka mata, kaki kami sudah menapak di "Kota Romantis"- Jogjakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar